Written by Mayda Ristiningtyas
"Happy Birthday Sayangg!", ujar Clara yang berdiri di depan pintu rumah Kevin yang pada hari itu tepat menginjak usia 18 tahun. Clara membawa sebuah rainbow cake yang
terdapat lilin angka 8 dan 1 diatas kuenya, Clara sengaja meletakkannya dengan posisi seperti itu. Kevin pun sontak kaget saat
membuka pintu dan mendapati kekasihnya telah berdiri dibalik pintu rumahnya
tengah malam.Ini adalah ulang tahun keduanya yang Kevin rayakan bersama
kekasihnya. Tahun lalu, Kevin yang berwajah khas Jawa-Batak ini mendapati sebuah hadiah
berupa papan skate baru dari kekasihnya. Clara memang tahu benar apa
kegemaran kekasihnya, selain futsal hoby Kevin adalah yaitu bermain skateboard.
Kali ini, Clara membelikan sebuah sepatu skate yang sudah lama Kevin idam-idamkan. Saat Kevin mengetahui bahwa di dalam sebuah kotak biru
yang diberi oleh kekasihnya ini terdapat sepasang sepatu skate, Kevin langsung mendaratkan kecupan hangat tepat di dahi Clara. Ucapan terimakasih tak
pernah berhenti dari bibir Kevin kepada Clara. Malam itu begitu mesra,
hingga akhirnya mereka lupa... Itu sudah terjadi sekitar 3 bulan yang lalu... :)
Satu bulan setelah ulang tahun Kevin, Kevin ini disibukkan dengan
berlatih skate untuk kompetisi dua minggu yang akan datang. Clara sangat
setia menemani Kevin berlatih, tak jarang Clara mengikuti kekasihnya
ini ke tempat Kevin berlatih. Saat Kevin terjatuh,
Clara meneriakkan kata-kata penyemangat untuk menyemangati Kevin. Saat Kevin mulai lelah, Clara selalu memberikan kata-kata kesejukan untuk
menumbuhkan semangatnya lagi. Saat Kevin putus asa, selalu
mengingatkan bahwa dia pasti bisa jika berusaha. Clara terus berusaha membuat kalimat penyemangat agar Kevin semakin
yakin bahwa dia bisa.
Hari kompetisi pun tiba. Kevin membawa papan skatenya di tangan
kirinya, mengenakan sepatu pemberian kekasihnya, dan menggandeng erat tangan Clara di tangan kanannya. "Do'akan aku ya sayangg..", kata Kevin saat ingin berkompetisi, "Do'aku selalu menyertaimu, sayangg..", kata Clara. Kevin memberikan kecupan di pipi Clara, kemudian berlari ke tempat dia siap untuk
mewujudkan impiannya, Tak lama Kini giliran Kevin, saatnya dia menunjukan bakatnya. Kevin melambung bersama papan skate pemberian kekasihnya, dia terus
berkonsentrasi sambil mengingat semua kata-kata kekasihnya yang selalu setia
memberinya semangat.
Tak disangka, Kevin adalah juaranya. Kevin sangat
senang, kepalan tangannya meninju udara. Teriakannya mengiri kemenangannya.
Dilihatnya ke arah kiri, ada seorang wanita duduk dengan melemparkan senyuman
manis kearah Kevin yang membuatnya semakin berjaya. Oh, ternyata wanita itu
bukanlah Clara, Clara ada disebalah kanan. Duduk dibangku supporter sambil
terus meneriaki nama Kevin dengan semangat. Dibalasnya senyuman kekasihnya
itu dengan sekedarnya.
Dua bulan setelah ulang tahun Kevin, Kevin mulai cuek , tak ingin terlalu banyak berbicara dan sering
kaget ketika menerima telepon saat bersama Clara. Clara berusaha
berfikir positif, tak ingin berfikir macam-macam tentang Kevin. Namun
semakin hari, Kevin semakin sering menghilang dan menghindar darinya. Berbagai mulut tak bertanggung jawab telah membuatkan gosip yang
sampai ke telinga Clara. Namun Clara tak menggubrisnya, dia lebih
percaya pada Kevin.
Suatu malam, Kevin berjanji kepada Clara untuk makan
malam disebuah kafe. Anehnya, Kevin tak menawarkan Clara untuk
berangkat bersama ke tempat yang dia tuju. Clara pun berangkat sendiri ke kafe yang dimaksud Kevin. Hari
itu, Kevin hanya mengabarkan bahwa dia akan datang tepat jam 7 malam. Namun
ini sudah jam 9 malam, kafe ini sudah mau ditutup dan Clara masih terus
duduk menunggu kehadiran Kevin. Clara sudah menelfon dan sms Kevin namun tak ada jawaban. Kevin tak kunjung datang, Clara pun
pulang. Esok harinya, Clara mengunjungi rumah Kevin.
Berdiri di depan pintu rumah Kevin, seperti dua bulan yang lalu saat Kevin berulang tahun. Namun bedanya, kali ini Clara tak membawa sebuah
hadiah atau kue ulang tahun. Melainkan membawa rasa cemas dan khawatirnya
kepada Kevin. di ketuklah pintu rumah kelvin namun tak ada jawaban, karena sudah menunggu lama, masuklah Ckara kedalam rumah Kevin karna keadaan rumah saat itu dalm keadaan tidak terkunci, saat ia ingin masuk ke arah ruang makan, Clara melihat Kevin dan begitu pun sebaliknya.
"Kamu ngapain kesini?! kenapa langsung masuk ga ngetuk pintu dulu?! ga sopan!", kata Kevin saat melihat si wanita berdiri di samping meja makan.
"Aku... Aku... Cuma mau tau kabar kamu doang, kok... lagian tadi udah aku ketuk tapi ga ada jawab dari kamu yaudah aku langsung masuk", kata Clara dengan kepala sedikit menunduk.
"Aku baik-baik saja, kamu lihat sendiri kan?!", kata Kevin dengan nada agak tinggi
"Umm.. Kemarin......", belum sempat Clara meneruskan
kata-katanya, Kevin sudah memotongnya duluan.
"Kemarin aku gak bisa datang, karena aku sibuk!", kata Kevin dengan nada sedikit membentak.
"Tapi... Apa kamu gak bisa ngabarin aku..?", kata Clara, bernada
ketakutan.
"Ah, buat apa aku ngabarin kamu, kalau kamu sendiri tahu aku disini
baik-baik saja?!", kali ini Clara tak berani menjawab, "Sudah
sana pulang!", kata Kevin sambil mengusir kekasihnya.
Clara pun berbalik
badan dan berjalan perlahan, dan ketika langkahnya sampai diteras..
"Tunggu!", kata Kevin yang kemudian masuk ke dalam kamarnya. Clara terlihat bingung dan mengira-ngira mengapa Kevin menahan langkahnya.
Takkkkk!!!
"Kita putus.", kata Kevin setelah mematahkan papan skate yang
diberi kekasihnya tahun lalu dan di lemparnya begitu saja. Kevin masuk ke dalam rumahnya, ada wanita
lain di dalam rumahnya yang memaksanya masuk ke dalam. Clara terkejut dan
hanya bisa memegangi papan skate yang baru saja Kevin patahkan
Kevin telah menemukan wanita lain yang menurutnya lebih layak
menjadi kekasihnya, Arin, itulah namanya. Rasa Kevin kepada Clara si mantan kekasihnya ini telah
memudar ketika bertemu dengan wanita yang baru saja dia temui di kompetisi satu
bulan yang lalu. Kevin lupa daratan, dia bisa memenangkan kompetisi
tersebut berkat adanya kalimat penyemangat yang setia Clara si mantan
kekasihnya ini berikan. Wanita yang kini menjadi kekasihnya, memang lebih
segala-galanya dari pada Clara.
Satu bulan setelah Kevin menjalin hubungan dengan
Arin yang kini menjadi kekasihnya, ada kompetisi lagi yang harus dia ikuti. Kevin pun mulai berlatih lagi, ditemani dengan kekasih barunya. Namun saat Kevin terjatuh, Arin malah mengucapkan perkataan kasar. Saat Kevin mulai lelah, Arin malah memanaskan hatinya dan mengolok-olok dengan kata-kata "Bodoh kaya gitu aja ga bisa!". Saat Kevin mulai
putus asa, Arin malah mengancamnya, jika si
lelaki tak terus berlatih dan mendapatkan juara maka Arin akan
memutusinya.
Sifat wanita yang kini menjadi kekasihnya memang sangat
berbeda dengan Clara. Tak jarang perlakuan kasar
dan membudaki Kevin sering dilakukan oleh Arin. Saat itu harus berlatih skate, namun Arin memintanya
untuk menjemputnya di mall yang berkilo-kilo meter jauhnya dari tempatnya berlatih. Arin marah, tak ingin mengangkat telepon dari Kevin kalau Kevin belum menjemputnya. Dengan berat hati, Kevin menuruti kemauan si wanita.
Mengarungi jarak berkilo-kilo meter jauhnya hanya untuk menjemput kekasihnya. Kevin dibudaki kekasihnya sendiri.
Hari kompetisi pun tiba. Kevin memegang papan skate
barunya yang diberi Arin ditangan kanannya, memakai sepatu skate yang
diberi Arin juga baru-baru ini, dan menggenggam erat tangan kekasihnya di
tangan kirinya. "Do'akan aku ya..", kata Kevin yang sama persis
dilakukannya saat 3 bulan yang lalu, "Ah, sudahlah! Cepat sana kamu ke
tempat kompetisi!!", namun jawabannya berbeda dengan 3 bulan yang lalu.
"Heh, ingat ya! Kalau kamu gak memenangkan kompetisi ini, kita putus!",
lanjut Arin, Kevin berlalu begitu saja dengan rasa kesal tak
terbendung.
Kini giliran si lelaki menunjukan bakatnya. Namun pikiran
dan rasa kesalnya menguasai kepalanya, sehingga Kevin tak bisa
berkonsentrasi dan terus menerus terjatuh dari papan skatenya. Kekasihnya yang
harusnya menyemangati, malah mengancamnya dengan kata-kata tak seronok. Tak
disangka, ternyata pemenangnya bukan Kevin. Dilihatnya ke arah kiri, tempat
Arin duduk, sama seperti 3 bulan yang lalu Kevin melihat Arin di
tribun kiri. Arin melihat Kevin dengan tatapan sinis kemudian berlalu
begitu saja dari tempatnya duduk. Kevin baru menyadari, wanita yang menjadi kekasihnya
saat ini hanya memanfaatkannya saja. Kevin hanya menjadi bahan taruhan si
wanita. Kevin teringat dengan mantan kekasihnya yang selalu setia
dan tulus menyemangatinya.
Kevin pun mengunjungi rumah Clara yang
sempat mengisi keputus asaannya dengan kata-kata penyemangat.
"Kamu... Ada apa kesini?", kata Clara yang
kaget mendapati mantan kekasihnya berdiri dengan sebuah papan skate baru di
tangan kirinya. Kevin tak berkata apa-apa, langsung memeluk tubuh mungil Clara. Kemudian menceritakan semua yang telah terjadi. Kevin mengajak Clara untuk kembali membuka lembaran baru. Clara pun masuk ke dalam
rumahnya dan keluar dengan sebuah papan skate yang telah dirusak Kevin namun ada perekat ditengahnya.
"Kamu tahu, cinta kita ini seperti papan
skate yang kamu patahkan beberapa bulan yang lalu..", kata si wanita,"Walaupun
kita sudah berusaha memperbaikinya dengan merekatkan kedua bagian papan skate
ini....."
Taaaakkk!!
"....tetap saja akan rusak jika kita gunakan..", kata si
wanita setelah menaiki papan skate yang telah direkatkannya dengan perekat.
"Walaupun cinta memiliki kesempatan-kesempatan yang baru,
tetap saja kesempatan-kesempatan berikutnya tak sesempurna kesempatan yang
pertama", ujar si wanita.
Kevin menelan ludahnya dan beberapa waktu
kemudian dia mengangkat kaki dari rumah si wanita. Kevin sudah tahu
jawabannya apa, Tak ada
kesempatan yang lain. :)
Thanks yang dah mau baca ^0^ tunggu cerita yang lain yahhh ;;)
Great story, you can give it to teenage magazine like gadis or gogirl dear :D
ReplyDeleteWWW.PUTRIVALENTINALIM.BLOGSPOT.COM