Wednesday 5 July 2017

Novel : Pillow Talk by Christian Simamora

Resensi 

Judul: Pillow Talk
Penulis: Christian Simamora
Penyunting: Gita Romadhona
Penerbit: Gagas Media
Tahun: Januari, 2010
Hlm: 459
ISBN: 978979780933
Harga: IDR49500
Rated: 3.5/5
Sinopsis:

"Kami 'bersahabat' sejak kecil. Tepatnya, kalau ada kata lain untuk menggambarkan sesuatu yang melampaui 'sahabat', maka itulah kami. Berbagi cerita, berbagi rahasia. Bahkan, tanpa disadari, kami pun membagi cinta. Tapi, apakah kau tahu, rasanya saling mencintai namun bertahan untuk tidak saling memiliki? Percayalah, ini lebih buruk dari sekedar patah hari. Ini bukan kisah cinta yang ingin kau alami."

Emi dan Jo itu satu paket. Bersahabat sejak kecil membuat mereka tidak terpisahkan. Dimana ada Emi, pasti disitu juga ada Jo dan sebaliknya. Mereka berbagi segalanya, kecuali.. mungkin, rahasia hati. Emi, dengan latar belakang keluarganya, membuat gadis itu nggak percaya dengan yang namanya monogami relationship. Dia malas punya pacar, jadinya ia lebih suka gonta-ganti cowok untuk sekadar ONS--One Night Service Stand. Karena itu dia juga benci Pillow Talk--ngobrol after.. you know.

Satu-satunya hubungan antar jenis yang langgeng ya sama si Joshua itu. Itu pun hubungan persahabatan, not a relationship, she can't ever be his girlfriend setelah pengalaman pahit dulu itu. Sampai Dimas datang, akhirnya Emi mau settle down, kenal konsep monogami dan bahkan mempertimbangkan lamaran pernikahan! Jo sendiri sudah lama diam-diam naksir Emi.
Tapi saking pengertiannya dia tentang prinsip bebas bersyarat yang dianut Emi, dia sengaja nggak pernah keluar batas zona nyaman persahabatan mereka. Padahal Jo sering jadi tempat curhatan Emi, bahkan curhatan paling intim sekalipun.

Begitu terus keadaannya, kebayang dong gimana perasaan Jo. Nah, bisa nggak ya kira-kira Jo terusan jadi keset doang sementara Emi yang takut berhubungan serius tetap lari kemana-mana, ke cowok mana pun, kecuali lari ke pelukan Jo.

Man and woman can never be best friends's rule applied.

Christian Simamora pinter nih ngeramu jamunya jadi buku setebel 400 halaman nggak bikin pembaca bosen.Dialognya mengalir lancar, ceplas-ceplos, lucu dan seringkali agak vulgar. Mungkin kita masih maklum ya kalau adegan vulgar itu hasil terjemahan buku asing, tapi untuk sebagian penganut aliran tradisional pasti kurang setuju dengan detail blak-blakan yang dianut Emi di muka bumi pertiwi ini.

Ada beberapa bagian kisah yang dipaparkan oleh penulis terlampau detail, sehingga cerita itu terasa vulgar di beberapa adegan. Mungkin adegan ciuman masih termaafkan, tetapi adegan make out dan making love nya akan bikin pembaca jengah beberapa detik.

Untuk batasan dewasa sendiri, sebelum mulai baca dan jadi seneng sama cerita, penokohan, dan kekepoan di ending, aku nyaranin kalo pembaca yang 17 tahun kebawah atau ngerasa belum dewasa,
Jadi buat anak-anak yang belum punya KTP, please ya jangan sentuh buku ini dulu. Sabar ajah nunggu status kalian jadi legal. Ini buku tulisannya juga Novel Dewasa gitu, jadi tahu diri ajah ya. Gimana pun kalian adalah generasi penerus bangsa yang harus menjunjung nilai-nilai pancasila *gua sok alim banget deh*  

1 comment: