Sunday 16 October 2016

Kepada kamu...


Ketika hujan turun, aku selalu berterima kasih. Berterima kasih kepada hujan, kenapa? karena telah memberiku kesempatan untuk melamun. ya.. bagiku, saat hujan adalah saat yang tepat untuk melamun, Entah mengapa, hujan yang datang beramai-ramai namun hanya menghadirkan sepi. Apakah hujan terdiri atas 1% air + 99% kesepian?

Mengingat beberapa saat yg lalu, belum tepat 2 minggu. Semua kedekatan kita. Canda tawa saat berbicara tentang hal yang kamu suka, dan apa yang kamu rasa, semua senyum yang ku buat, sudah sepenuhnya tak nyata. Senyum yg tulus keluar dari wajahku, kini hancur. Layaknya rasa yang aku tahan, Aku tak bisa menyampaikannya. Aku hanya tak ingin menghancurkan apa yang selama ini kita bangun.
Kamu sudah jauh berada di depan, akan tetapi bayangnya begitu dekat di belakang. Apa yang bisa aku lakukan? Akhirnya, aku memutuskan untuk diam. Semuanya telah berubah, ketika akhirnya aku sadar rasa itu semakin gagah. Karena semakin aku berlari, semakin lelah aku mencari dan mengejar. Rasanya, sia-sia saja aku melangkah, bayangmu begitu lekat. Terpaksa aku kembali ke ceritaku tanpamu, agar bayanganmu yang terus mengganggu segera pergi dari kokohnya rasa yang tulus ini. Jika memang semuanya harus berakhir di sini, aku sudah siap, siap untuk memulai lagi dari awal dengan wajah baru.
Sekali lagi. Aku berharap rasa itu mati. Setidaknya jika harapanku terkabul, rasa itu mati dengan tenang
.
.
.
.
Kepada kamu, tenang saja. Ketika aku tidak menulis tentang kamu, bukan berarti aku sedang tidak memikirkan kamu. :)

No comments:

Post a Comment